' Kasturi 81 Wadya Bolo Sekedar nostalgia dan khayalan di 1d : Bu ..... ah !

Sekedar nostalgia dan khayalan di 1d : Bu ..... ah !

Mengenang teman2ku di kelas 1d …..
Siang yang terik dibuai angin semilir dari arah lereng Gunung Gandul.
Bu Gun sedang semangat2nya mengajar di kelas 1d, dengan suara dan gayanya yang khas, sambil tak lupa “mengece” anak2 yang kurang rapi dan bersih, yang keringatnya bau, yang giginya kuning … betul2 type guru sejati yang tidak hanya mengajar tapi juga mendidik dalam arti luas. Dengan kacamata khas yang nangkring di atas hidung, gerak bibir yang ekspresif ke kanan dan ke kiri dan tak lupa bahasa tubuh tangannya yang khas : tangan kiri ke belakang atau membawa buku, tangan kanan tunjuk sana tunjuk sini :

“Setelah di kelas 1b tadi kita membahas sufix -an pada kata buah yang kata Nasih, murid paling pinter di 1b, berarti bukan buah beneran tetapi berarti “seperti buah” atau “kaya buah”, maka sekarang di kelas ini kita akan membahas tentang idiom atau frasa, yang tetap menggunakan asal kata buah sebagai kata pertama disambung dengan kata kedua yang mengambil dari anggota badan kita. Idiom atau frasa adalah ungkapan yang maknanya tidak bisa diturunkan dari definisi langsung kata-kata atau bagian pembentuknya. Maknanya hanya diketahui oleh pengguna umum bahasa tersebut. Hayo siapa yang bisa memberi contoh bersama artinya !”.

Sangat Prihanto : “ Saya bu. Buah tangan, artinya oleh-oleh”
Bu Gun : “Bagus, tapi jangan gemuk2 ya, jadinya keringetan terus. Diet dikit napa. Yang lain lagi!”
Suharno : ”Buah hati, bu. Artinya yang disayangi”
Bu Gun : “Tumben mas Harno pinter. Jangan lupa gosok gigi ya, biar giginya ngga kuning-kuning. Kalau ngga punya sikat gigi pakai arang juga bisa. Hayo siapa lagi!”
Suharyani :”Saya tahu bu guru. Buah pikir artinya hasil karya atau ciptaan atau sesuatu yang dihasilkan oleh seseoran atau ….”
Bu Gun : “Wis … wis mbak Haryani kamu sudah bener. Kalau ngomong jangan klemar-klemer nggak selesai-selesai ya, keburu digondol maling. Hayo ada contoh lagi!”
Heru Marhaeni Wijayanto (waktu itu murid paling bandel) : “Ini yang paling siiip bu. Buah da ….. gu, artinya yang suka dipegang adik bayi”
Bu Gun :” Sudah …. Sudah…”
Heru M W : “Masih ada lagi, bu. Buah za ……. kat, artinya ……..
Bu Gun :” ??????????”

Maaf buat temen2 yang saya jadikan ilustrasi … aku kangen berat sama sampean semua.
Nyuwun sewu nggih bu Gun, jasamu pada kami tidak terbalas … semoga amal baikmu diterima disisiNya.

7 komentar :

  1. Kalau inget Bu Gun yang paling berkesan di IB kalau disuruh baca puisi ke depan, ada satu temen, Endang Susilowati yang tinggi besar, penampilannya selalu dinanti-nanti. Gayanya aduhai dan menghibur. pakai gerak tangan ke kanan dan kekiri (seperti gerakan topi saya bundar) Ingat gak Sih? Betul Hid, beliau benar2 pendidik.

    BalasHapus
  2. Iyo, aku rada eling2 sedikit puisine yang harus dibaca ... eling ra Ben?
    Bu Gun ..ihik .. ihik .. beliau tidak hanya mengajar bahasa indonesis tapi juga mendidik bagaimana hidup yang benar, dari kebersihan sampai menulis bagus dan rapi.

    BalasHapus
  3. Mas Tahid, seger rasanya menyimak posting sampeyan. Sepotong adegan itu seolah-olah baru kemarin terjadi. Terima kasih telah memberi kesegaran di tengah belantara kehidupan yang kian tak ramah (weleh-weleh, melankolis banget).
    Omong-omong, saya juga lupa puisi yang sering diminta beliau untuk dideklamasikan. Ingat saya cuma waktu kelas 1 diminta membaca pantun: kalau puan-puan cerana dst ......

    BalasHapus
  4. Saya ini kalau ingat-ingat belajar bahasa paling dodol barangkali ya. yang namanya suku kata itu saya baru tahu waktu SMA sudah kelas 2 lagi. Yang namanya akhiran awalan kalimat aktif atau pasif ya sami mawon. Tapi yang lucu, menuis dan mengarang kok ya bisa ya. Maksud saya waktu itu. Karena seingatku bu Gun waktu ngajar nggak banyak ngutak atik istilah-istilah tata bahasa. Tapi malah banyakan ngarang dan membaca. Apa benar ya ingatan saya. Mudah-mudahan nggak karena lupa ingatan hahahaha.... soalnya yang ini artinya lain lagi.

    JIkalau saya perhatikan tulisan-tulisan panjenengan ini saya jadi bengong juga. Rupanya kok banyak memori tentang rekin-rekin kita ya. Wah untung wawktu itu belum jamannya sinetron kayak sekarang. Bisa gawat barangkali ya... ;)

    BalasHapus
  5. Ditanggung, sinetron yang mengisahkan kenangan alumni SMP 1 lulusan 81 akan laris.
    Tak kalah lucu dan konyol dari ""Suami-suami Takut Istri''. Tapi perlu ditulis ulang dulu.

    BalasHapus
  6. Wah kalau bicara tentang Ibu guru kita yang satu ini (bu Gun )aku ingat sekali.. jangan coba-coba menggaruk kepala (mungkin banyak kutunya) jika beliau bertanya. looo... ditanya kok malah koyo kethek/ monyet. pernahkah teman-teman dibilangin seperti itu ? wah kalau mas bambang supri sering dapat pujian dari beliau..

    BalasHapus
  7. Bener yu ... aku tambah eling salah satu aturan bu Gun : jangan sekali-kali niru gayane kethek

    BalasHapus