' Kasturi 81 Wadya Bolo Guru RSBI ndesa ngudarasa

Guru RSBI ndesa ngudarasa


Guru RSBI ndesa ngudarasa

Sebenarnya aku mo nunggu sampai sarasehan dan bahkan berbagai hujatan tentang RSBI sebagai "public enemies" dari teman2 ini “atus”, sehingga rerasanan saya ini gak terlalu mengganggu laju revolusi pemikiran arus mainstream teman2 di blog ini yang nota bene agak miring semu ndoyong ke sana kemari he.he.he….
Sodara-sodara sebangsa tanah dan sebangsa air, berbicara soal pendidikan memang seperti gak ada habisnya, selagi masih bernafas setiap orang masih mikir pendidikan (dalam artian investasi, proses, inovasi dan lainnya).
 Bukan bermangsud menggurui (meskipun panggaotanku guru), tapi mo urun rembug tentang RSBI sejauh yang saya tahu. RSBI dalam gagasan awalnya diarahkan untuk memberi nilai tambah dari sisi kompetensi (bukan biaya) baik bagi sekolah maupun bagi siswa, Secara konsep RSBI adalah sekolah nasional dengan muatan utama Standar Nasional Pendidikan dengan tambahan adopsi dan adaptasi kurikulum negara maju sehingga diharapkan punya daya saing tinggi di tataran Internasional ( kajian Negara maju mana bisa diarahkan Negara OECD atau yang lain dengan kualitas pendidikan lebih maju). Harapannya dari sisi kualitas, Sekolah negri ini dapat bersaing dengan sekolah-sekolah Internasional yang kian menjamur di berbagai kota.
 Tentang kastanisasi sekolah, sesungguhnya kastanisasi itu sudah ada sejak dulu, entah status terdaftar, disamakan, diakui , terdengar ataupun akreditasi A, B, C, C minor , ada juga sekolah favorit, tidak favorit (koes plus, Panbers ) dan lain-lain. Peta klasifikasi sekolah sekarang diarahkan : Sekolah SBI, Sekolah standar Nasional (SSN / SKM) , Sekolah Standard dan Sekolah yang non standar.
 Bukan bermaksud membela keberadaan RSBI, sekedar sharing tentang RSBI di Wonogiri (kalo di luar wng, aku gak tahu). Kalo ukurannya soal biaya agaknya memang relatif : Di SMA 2 Wonogiri, biaya per bulan 200 ribu (sekolah reguler lain 175 ribu), dana pengembangan 2,75 juta ( sekolah reguler lain 2 juta-an). Tersedia beasiswa bagi 30 siswa miskin berprestasi pertahun 3 juta cash , di samping itu ada beasiswa BKM. Sekali lagi bukan sebagai pembenaran, tempe goring saja satu potong sudah seribu, dengan laju inflasi 10% tentu lebih mahal lagi…apalagi ini menyangkut investasi pendidikan dan masa depan anak, yang menurut saya jauh lebih penting adalah adanya pengawasan dari kita tentang transparansi dan akuntabilitas penggunaan anggaran sekolah..
 Dari fasilitas pembelajaran dan sarana ICT tentu saya merasakan lebih baik, kalo dari sisi kualitas guru agaknya memang ukurannya relatif, karena semuanya terpulang pada oknumnya, mo berkembang apa gak . Label RSBI itu khan diberikan ketika sekolah negeri seperti kami ini sudah punya guru, karyawan yang mind set-nya juga beragam, bagi yang sudah mo pension tentu gak antusias lagi mikir mahir ICT, bahasa Inggris, curriculum adapted dan lain-lain, kalo yang muda sebagian besar masih cukup semangat untuk adanya improvement. Jadi soal peningkatan SDM juga jadi perhatian serius, bukan soal sarana prasarana thok kok. Kalopun hasilnya belum optimal, yah…namanya juga usaha…toh kota Roma juga tidak dibangun dalam satu hari...
 Soal evaluasi kinerja, RSBI juga dievaluasi setiap tahun dengan 200 butir penilaian yang mencakup SNP dan nilai tambah sekolah, prestasi dan lain sebagainya. Kalo bicara soal produk memang variabelnya cukup kompleks mulai kualitas input, sarana prasarana, guru dan berbagai variabel lain. Artinya secara hasil, memang gak ada jaminan bahwa semua siswa yang sekolah di RSBI pasti sukses, RSBI menurut pemahaman saya memang terutama untuk mengkondisikan agar siswa dapat terkelola lebih baik, punya niai tambah, naluri kompetisi tinggi berwawasan Internasional dan gak culun-culun amat. Menurut pengamatan saya kultur orang kita khan terbiasa punya mind set “3 sa” : dipaksa, terpaksa dan akhirnya biasa.
 Soal kesempatan kuliah di luar negeri, tahun ini 2 orang anak SMA 2 Wonogiri mendapat beasiswa dari yayasan Pasiad untuk kuliah di Ankara, Turki mereka berdua anak petani dan sopir omprengan dari Girimarto dan Jatiroto. Ini salah satu sisi positif yang dapat saya ambil tentang RSBI, tentang pentingnya jejaring Internasional dan bahwa bukan hanya anak orang kaya yang bisa kuliah di luar negeri.
 Semua upaya di bidang pendidikan termasuk program RSBI memang baru proses awal yang selalu memerlukan penyempurnaan, semuanya membutuhkan waktu , usaha dan dana yang tidak sedikit untuk membangun dunia pendidikan di negeri ini. Kualitas pendidikan saya pikir perlu mendapat proporsi lebih pada waktu2 ini selain sisi pemerataan pendidikan, konsekuensi logisnya perlu berbagai inovasi yang membangun. Sekian dulu rerasanan saya , ini bukan semacam apologi dari keterbatasan pemahaman saya dan mohon maaf jika masih ada di antara kita yang belum bisa sepaham.
 Sodara-sodara sebangsa tanah dan sebangsa air, percayalah masih ada kok orang-orang di dunia pendidikan (guru) yang punya idealisme tentang masa depan anak bangsa dan bukan hanya berpikir soal komersialisasinya.
 Salam Pendidikan.

11 komentar :

  1. Mantap. Tulisan Pak Guru ini akan menjadi penyeimbang diskusi yang makin menghangat mengenai RSBI dan sejenisnya.

    Hanya mengingatkan saja, anak tidak harus makan sekolah, tapi ia harus belajar dengan apapun yang dimiliki atau kesempatan yang dapat diraih .... agar hidupnya sukses dan berarti.

    BalasHapus
  2. Bener Sih, bukan hanya dari sekolah anak kita belajar tetapi juga dari berbagai pengalaman hidup baik kegagalan ataupun keberhasilan, dari orang tuanya, dan dari berbagai peluang serta keterbatasan yang ada.
    Salam

    BalasHapus
  3. Joss Gandoz .... Mas Sus, sip.

    BalasHapus
  4. Saya juga setuju dan mendukung dengan opini mas Susilo, tapi semuanya perlu waktu yang masih sangat panjang untuk meyakinkan kepada sebagian besar orang tua yang akan menyekolahkan putra putrinya ke sekolah yang berlabel RSBI/ SBI atau RSBN ato SBN,
    tapi lambat laun dan seiring perjalanan waktu persepsi itu akan berubah dan mengikuti alur yang berlaku.
    saya percaya teman temin pasti punya keyaqinan bahwa dunia pendidikan di negara kita ditangan Mas Susilo, Mbak Mincuk, Mbak Evie Arsianti, Mbak Poppy dan mbak2 serta mas2 yang lain akan lebih berkembang dan maju di masa mendatang.
    Kita sama sama do'akan dan kita akan sama sama menjadi saksi untuk menghantarkan putra putri kita dalam menggapai ilmu dan cita citanya melalui jalur pendidikan.
    Sukses untuk teman teman yang mengabdikan diri di dunia pendidikan ........dan tetap semangat!!!

    BalasHapus
  5. whatever, pemikiran dari sisi lain baik dari kalangan "petani"(seperti mas siswadi), kalangan "akademisi"(seperti mas Kenang dan Nasih), kalangan "jurnalisla" (seperti mas Beno) dan semua rekan dengan berbagai latar belakang lain sungguh sangat diperlukan untuk memperkaya dan menjadikan program pendidikan menjadi lebih membumi dan realistis. Teriring doa : Sukses selalu buat kita dan anak2 kita...

    BalasHapus
  6. Mathuk thuk thuk .. inilah yg kita tunggu2 .. komen dari sang praktisi langsung .. bukan hanya dari pengamat yg kadang2 kurang komplit data dan faktanya
    Aku yakin kin kin .. kalau yg pegang peranan orang2 sekaliber Susilo .. tidak ada yg perlu dikhawatirkan, apapun "baju" sistem pendidikan kita.
    Cuma masalahnya berapa prosen orang2 yg punya idealisme seperti itu. Tapi jangan khawatir, dimana saja yg namanya golongan hitam dan putih selalu ada, dan pertempuran diantara keduanya tidak akan selesai sampai akhir jaman, dari Pasingsingan vs Ki Ageng Pengging Sepuh .. Mahesa Jenar vs Lawa Ijo .. Arya Salaka vs Sawung Sariti .. sampai DPR vs pemerintah .. Ical vs budhe Mul .. dan jadi tugas kita bersama untuk membangun negeri dg kejernihan hati dan nurani.

    BalasHapus
  7. Hahaha .... SH Mintardja-ne metu maneh iki !

    BalasHapus
  8. He he .. banyak ajaran dan sikap hidup yg bisa dipetik dari situ pakdhe ..

    BalasHapus
  9. Hid, kayaknya kelompok abu-abu juga perlu diwaspadai karena justru mereka yang kadang membuat berbagai kebijakan layu sebelum mekar dan remuk sebelum berbentuk, he.he.he...

    BalasHapus
  10. ha... ha... iya mas Beno, SH-Mintardjane metu maneh, malah lebih komplit olehe ndalang, dasar ontowicono lan ontowicarane cetha wela wela .. man paman....
    ho.... ho.... ho...... paman tahid lanjutkan... ho... ho.... man... lanjutkan...

    BalasHapus
  11. Bener Sus golongan abu2 ki sing paling susah ditebak .. menclok sana menclok sini, dan itulah mayoritas dari kita.
    Mas Cip .. timbang mumet ayo nembang lagu Enthit wae ...
    Enthit : mbok geleeem ..
    Ragil Kuning : mbok emoooh ..

    BalasHapus