' Kasturi 81 Wadya Bolo Sekali lagi ... : GURU ... Profesi Termulia

Sekali lagi ... : GURU ... Profesi Termulia

Ketika Beno, Bambang, Nasih dll membanggakan diri berdarah biru...eh...guru, sayapun dengan bangga menyatakan hal yang sama. Saya yakin dari tangan dingin seorang gurulah (baik yang di sekolah maupun di rumah) kita bisa menjadi seperti sekarang ini. Bapak sayapun juga seorang guru (meskipun pernah juga ditarik ke kantor) sampai pensiun. Ibu saya juga guru SD, meskipun dengan berat hati melepaskan profesi itu ketika 9 anaknya menuntut perhatian yang lebih banyak di rumah.

Ketika belum sibuk seperti sekarang, sayapun sempat mengajar di beberapa PTS untuk memenuhi naluri mengajar saya yang memang sudah datang dari sononya. Bahagia yang tak terucap ketika berhasil membimbing skripsi dan melepas mereka mengarungi dunia kerja. Balas jasa dari mereka walaupun hanya selembar baju saya rasakan seperti sekilo emas. Bahkan ada beberapa dari mereka yang membuat saya sangat terharu. Ada yang begitu lulus ujian, bela2-in pulang kampung ke Kepulauan Seribu hanya untuk memberikan tanda mata ikan asin terbaik yang ada disana. Ada juga yang pulang ke Lampung khusus membawakan jengkol mini istimewa yang katanya hanya ada di kampungnya. Meskipun keduanya tidak termakan dan menjadi rejeki tetangga sebelah (karena saya kurang suka), usaha dan jerih payah mereka untuk menghargai saya sebagai bekas gurunya, sungguh membuatku terkenang seumur hidup. Maka ketika saya mendapat titipan kesan dan pesan dari orang2 Wonogiri yang pernah menjadi murid bapak saya (termasuk pak Pandoyo alm), entah itu di SR, SGB atau apalah namanya ... sekolah jaman dulu, saya bisa merasakan binar2 bahagia dimatanya, bahwa beliau masih dikenang oleh bekas muridnya.
Meneruskan tradisi itu, diantara anak dan menantunya dengan berbagai macam profesi, mulai dari pedagang, akuntan, dokter, apoteker, insinyur, hukum, dll ... profesi guru tetap mendominasi dengan 6 orang diantara 18 orang (1/3nya). Dan dari pengamatan saya, anak2 yang lahir dari merekalah yang memiliki bakat sukses dibandingkan yang orangtuanya berprofesi lain.

Berdasarkan data empiris yang ada, maka dari saat menentukan kriteria seorang istripun pilihanku adalah : tinggal di rumah untuk mendidik anak2 atau kalaupun ingin bekerja di luar rumah pilihan maksimalnya adalah menjadi guru. Pertimbangan praktisku adalah :
1. Bekerja diluar rumah sekedarnya, bila terpaksa bisa mbolos untuk diganti di lain hari.
2. Tidak perlu cari les dan bimbel diluar.

Dan ketika cita2 menyunting dan menyanding seorang guru tercapai dengan kosekuensi logisnya adalah rasa ueeenak dan anak sebagai hasil sampingan, bonus lain yang bisa saya petik adalah :
1. Yen rung iso ... diajari.
2. Yen rung lan ra nyanthol2 ... dicantholke nganti bakuh.
3. Yen pas lali ... dielingke maneh carane.
4. Yen wis pinter ... diwenehi hadiah, kari milih sing endi

La opo ra ueenakk .
HIDUP GURU !!!

10 komentar :

  1. Selamat ya Pak Guru ...

    tapi sejujurnya hasrat tertinggiku menjadi pengusaha ... mengusahakan dapat isteri yang cantik ... mengusahakan agar mhs pada pinter2, cepat lulus, cepat kerja dan sukses
    ... mengusahakan agar tetap dekat dan hangat dengan temen-temen SMP meskipun dulu aku lebih banyak cuek dan celingus ....

    BalasHapus
  2. Wow asyik juga Mas Tahid neh lama ga posting, kirain kebawa roketnya ke Mumbai he...3

    BalasHapus
  3. Hid, setelah malang melintang di dunia HRD cita-citaku tetep mau jadi guru, jadi trainer, pembicara di seminar atau konsultan. Mulai 3 tahun lalu saya sudah buat lembaga training dan sudah cukup banyak meluluskan siswa dan mereka langsung kita salurkan untuk bekerja. Kalau temen2 ke Bali naik garuda, karyawan di check in counter sebagian besar lulusan dari lembaga kami.

    Saat ini masih fokus di Airport ground handling. Rencana tahun depan mau dikembangkan ke SPA teraphist karena permintaan di luar negeri cukup banyak. Intinya kami ingin membantu mereka yg tidak sempat atau tidak bisa meneruskan ke universitas, kami didik dengan biaya murah dan bisa langsung menyalurkan mereka untuk mendapat pekerjaan.

    Kalau ada temen2 yang tertarik mungkin di Jogya atau di Semarang atau di Wonogiri untuk mengembangkannya dengan senang hati kita bisa sharing.

    BalasHapus
  4. Siapa yang dulu ingin dekat dengan guru ? nah mas Tahid berhasil sekali, benar dia bilang guru ituuu..., yen urung iso carane mesti ngajari berbagai cara biar pinter, yen ora nyanthol-2 cepet -2 piye carane sing bener, yen lali mesti dielingke ( koyo mas nasih, naliko sing 1 menyang 2, diwarahi pisan ora pinter-2, no 2-3-4, bareng pinter mlaku dewe, hehehe....)opo maneh yo... , yen wis pinter dewe lagi seneng ngece kancane.

    BalasHapus
  5. Koreksi, Mas Tahid, saya tidak pernah membangga-banggakan diri sebagai keturunan darah guru (dalam arti kemlinthi, kementhus, kemaki, dsb dsb).
    Saya bahagia jadi anak guru. Sayangnya, saya tidak kepengin jadi guru meski hingga kini sering diseret-seret menjadi ''guru'' untuk mengajar menulis kreatif di berbagai tempat.
    Soal uenaknya punya istri guru, yo bejone sampeyan lan liya-liyanelah. Diwarahi macem-macem ....

    BalasHapus
  6. Ya iyalah, tugas guru hanya membimbing.... setelah itu terserah...... apa yang dimau.

    BalasHapus
  7. Sory berat teman-temin semua agak lama saya ga aktif di blog, tapi percayalah ... saya selalu mengikuti.
    Biasa, kegiatan akhir tahun bukannya bisa leren malah mumet. Mau nguji roket terbesar di darat (42 cm) pada 24 Des yang disaksikan pak Menteri dan petinggi TNI, terus 20 - 21 Des mau uji terbang roket kendali (pesanan TNI), uji roket untuk menangkap petir (pesanan bule Perancis), dsb. di Pameungpeuk.
    Doanya saja agar semua keruwetan cepat selesai dan sukses dan bisa nyantai lagi ... puas2in main di blog.

    BalasHapus
  8. Aku doakan mas biar uji roketnya sukses semua dan jadi andalan... ditayangkan secara langsung kagak..? nanti aku mau lihat.

    BalasHapus
  9. Mas Tahid, jangan lupa ''roket'' punyanya sendiri. Perlu juga selalu diuji coba, biar cespleng terus !!

    BalasHapus
  10. Wah Ben kalau roket yang launchernya nempel di badan sih ditanggung masih OK. Pingin bukti?
    Sayang mbak Min, biasanya ga ada siaran langsung ... tapi ada beritanya di Metro TV

    BalasHapus