' Kasturi 81 Wadya Bolo Kenangan Manis dari Pak Pandoyo

Kenangan Manis dari Pak Pandoyo


KALAU tidak salah waktu itu sekitar bulan Mei 1981, ketika mendekati ujian atau evaluasi belajar tahap akhir. Saya bertanya-tanya saat suatu siang Pak Pandoyo memanggiku ke kantor guru. Ada apa ya .....
Masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi saya segera bergegas memenuhi panggilan guru Fisika yang bikin saya ngeri karena gaya mengajarnya yang menurut saya agak ''sadis''. Saya pun menghadap beliau, dan kira-kira percakapannya adalah sebagai berikut.
''Kamu ikut lomba karya ilmiah remaja LIPI?''
Saya mengingat-ingat sebentar, lalu menjawab,''Iya, Pak. Saya mengirimnya saat kelas 2 akhir.''
''Ini ada ucapan terima kasih dari panitia,'' tutur beliau sembari mengangsurkan amplop putih berlogo LIPI.
''Bagus. Kamu kreatif. Lanjutkan, kami para guru siap membantu apa yang kamu perlukan,'' ujarnya dengan suara khasnya yang berat dan berwibawa.
''Terima kasih, Pak.''
Kemudian beliau meminta saya memaparkan secara ringkas mengenai penelitian berjudul ''SUWEG SEBAGAI BAHAN PANGAN PENGGANTI NASI DAN BAHAN BAKU INDUSTRI'' yang saya ikutkan pada Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) LIPI tahun 1980/1981.
Untuk menyusun rancangan penelitian, pelaksanaan, dan laporannya saya hanya mengandalkan pengalaman mengikuti ekstrakurikuler praktikum Ilmu Hayat (Biologi) serta bimbingan Mas Eko, kakak kandung saya yang waktu itu duduk di bangku SMA. Sama sekali tidak melibatkan guru sebagai pembimbing atau konsultan.
Idenya berawal dari kebun saya yang setiap awal musim hujan selalu ditumbuhi banyak suweg (Amorphophalus Sp), tanaman keluarga umbi-umbian yang enak dimakan. Penelitiannya sangat sederhana, yakni mengetes kandungan karbohidratnya dengan cairan iodium. Jika warnanya makin biru, disimpulkan kandungan karbohidratnya kian tinggi.
Selanjutnya, dengan referensi yang masih amat terbatas saya menyimpulkan bahwa suweg bisa dimanfaatkan sebagai bahan pangan pengganti nasi serta bahan baku industri, misalnya makanan.
Mendengar penjelasan saya, Pak Pandoyo manggut-manggut.
''Saya senang ada murid kreatif. Syukur bisa dicontoh oleh yang lain,'' kata beliau.
Saya merasa termotivasi oleh pujian Pak Pandoyo yang saya yakin amat tulus, karena tentu beliau menginginkan para muridnya berprestasi.
Alhamdulillah, setelah mencari-cari akhirnya ucapan terima kasih dari LIPI atas partisipasi saya pada LKIR 1980/1981 itu ketemu di antara tumpukan dokumen lama. Sayang, salinan karya tulis ilmiahnya sudah lenyap tak berbekas.
Terima kasih, Pak Pandoyo.

Catatan: Andai waktu itu di SMP Negeri 1 Wonogiri sudah ada Kelompok Ilmiah Remaja (KIR); andai waktu itu memanfaatkan bimbingan guru-guru hebat semacam Pak Pandoyo, Pak Mudjijono, Bu Haryati, dan lain-lain; andai waktu itu bekerja sama dengan teman-teman yanghebat dan jenius seperti Tahid, Nasih, Kenang, Susilo, Alfi, dan lain-lain, tentu bukan mustahil akan menorehkan prestasi bersejarah. Sayang .........

22 komentar :

  1. filatelis sejati ...

    Nah sekarang apa yang ingin dikerjasamakan ?

    menjadikan mimpi-mimpi masa lampau menjadi kenyataan ?

    BalasHapus
  2. Tentu, saya berharap ada anak-anak SMP Negeri 1 Wonogiri yang meneruskan perjuangan dan mewujudkan mimpi-mimpi, antara lain menjadi juara lomba karya ilmiah tingkat nasional, bahkan internasional.

    BalasHapus
  3. wah itu mimpi yang baik juga, langkah konkritnya bagaimana ?

    menyumbang seperangkat komputer-fasilitas online 24 jam, ruangan ber-AC agar adik-adik dapat ngeblog dan googling 24 jam juga ...

    BalasHapus
  4. Paling penting, kita motivasi dululah. Soal fasilitas mereka punya yang lebih hebat.
    Kata keponakanku yang duduk di kelas 1 ada kelas khusus yang tiap anak ''wajib'' punya laptop.

    BalasHapus
  5. so do my dotter ...
    ia menempuh smp 2 tahun (sekarang di kelas 1)

    BalasHapus
  6. TYng disarankan bawa Laptop itu kelas RSBI ( Rintisan Sekolah Bertaraf Nasional ), belum ada hasil maksimal ( gimana akan maksimal, la wong sing ngajar belum menguasai tentang TI dan gurunya sebagian guru kelas kita waktu itu kita katakan tidak pinter ? ), dan kalau yang dua tahun itu kelas Akselerasi/ percepatan. ( anakku yang kedua juga lulusan Akselerasi yang lulusan pertama ) tentang Akselerasi untuk SM sebenarnya aku berpendapat lain, waktu pertama buka kelas itu, peminat dan pelaksanaan masuk begitu ketat (IQ minimal 125 )dan waktu itu bagus, eh sekarang peminat kagak banyak sehingga IQ dibawah 120 ada yg diterima (gengsi Ortu, biar dikatakan anaknya pinter), anak-2 aksel akan terbentuk Ego yg tinggi sampai anakku yang kedua inipun baru dalam taraf pemulihan dari EGOIS (sudah berkurang )dan dalam penguasaan materi kalah dengan yang kelas Reguler. Mas Nasih ada keluarganya yg kelas Aksel ?

    BalasHapus
  7. Anak I = 5 th SD (aksel, kelas 3-4-5 dalam 2 th), skr ikut SMP 2 tahunan (aksel). ANak II = 5 th SD (aksel kelas 3-4-5 dalam 2 tahun).
    Yang penting mereka boleh dan bisa enjoy.

    Memang watak dasar anak ndak bisa berubah, anak I (dlujur, mikiri butuhe dewek), anak II (gaul & rileks).

    BalasHapus
  8. Wah kalau anake mas Nasih ada di SD kota dan SMP kota, kalau di Wng mungkin beda, la wong gurunya tidak dipilih dari guru pinter-pinter yang bisa ngimbangi anak didik ( sori ya tentang pandanganku, tentang aksel di SMP wng lo!),itu tadi pengalaman dari anakku yag no.2, mungkin memang wataknya kali... , tapi jg terbentuk dari ling kelas, la wong semua ingin jadi no 1, yaaah bersaing...

    BalasHapus
  9. Waktu masuk SD semua anak2 (ku) belum lancar baca tulis, semuanya masuk kelas terakhir. Mereka semuanya belajar merangkak untuk mendapat posisinya sendiri-sendiri ...
    Yang saya pesankan pada mereka dapatkan teman sebanyak-banyaknya ...
    mengenai kelas akselerasi anak-anak yang minta ...

    anak II agak istimewa, ing atase gaul dan nyantai bisa2nya ia konsen pada pelajaran

    BalasHapus
  10. Senengnya lihat anak-anak sampeyan calon bibit unggul semua. Tinggal mengawal dan merawat .....

    BalasHapus
  11. itu yang juga kulihat di mahasiswa, sing mbeling mbedig ... yen kelak bekerja umume luwih sukses ketimbang sing anteng alim ...

    rahasianya: mereka mau menerima banyak gempuran, hajaran dan terbentur-bentur = berani mengambil resiko.

    BalasHapus
  12. Tak selamanya mbeling itu jelek ya. Asal bukan mbeling ndeso hahahahaha ......

    BalasHapus
  13. Waduh, kalau bahas mbedignya anak pikiran ibu lain dengan pikiran bapak-bapak, memang pada prinsipnya setuju-setuju banget anak mempunyai jati dirinya, tapi sing kebat kebit para ibu... bapaknya anak juga begitu yang kadang salah paham dengan pikiranku.

    BalasHapus
  14. Berbicara tentang aksel mbak Mincuk, aku punya ponakan dulu di SMA 1 Yogya 2 tahun sekarang di Teknik Informatika ITS. Tapi hasilnya mung pinter thok, ego dan cuek-e ra ketulungan, padahal perempuan. Belajar dari situ kakak2ku yg lain ga ada yg ngijinin anaknya ikut aksel, termasuk yang sekarang pada sekolah di SMP 1, pada ikut di kelas Internasional. Tapi yo itu, tanpa dukungan guru yang bermutu yo rada percuma. Jare adikku sing ragil (dulu yo ranking 1 di SMP 1), ngomentari kancane sing dadi guru Matematika di SMP 1 : la wong gurune wae si .... aku yo bisa mbayangke dadi apa anakmu (ngguyoni mbakyuku sing anake na SMP 1)

    BalasHapus
  15. benar mas tahid, ngendikane adikmu itu, ini juga dari kacamata hatiku lo! aku tahu yg dimaksud guru mat nya itu, la gimana coba anak-2 smp1 semua cari les sendiri, eleke les di guru ybs. ini pengalamanku ketika diminta tolong sahabatku yang jadi KS,eh aku kasih soal pengayaan tak kirain semua sudah pinter ...jebule kok yo pada muridku sing ono SMP ndeso.lagian memberi materi tidak melihat SKL nya, kan percuma.... apa tidak pernah tahu ? eh ngomong-ngomong guru yg satu itu... terlalu sombong dan melihat yg lain bodoh. aku berani taruhan dng nya, la wong ada TES untuk mjd Instruktur guru Mat saja PD banget, eh jebule ora masuk... yg masuk malah mas Susilo utk SMA dan aku untuk SMP ( dia sebel banget lihat aku...., cuek aja ).oh ya mas istrine ngasto bidang study apa, mungkin aku bisa ngangsu kawruh.

    BalasHapus
  16. Bojoku mulang matematika mbak, biyen lulusan IKIP Yogya. He he pa ra keliru, mbak Mincuk mesti lebih pengalaman dari dia, wong bojoku 5 tahun dibawah kita.
    Eh mbak ngomong2 (ora ngrasani lo!) gurune kuwi sekitar 7 tahun dibawah kita? Soale yen adiku ragil lahir tahun 72

    BalasHapus
  17. Ah tidak mungkin keliru, dia paling muda diantara semua guru ... smp 1, la wong dia konco sekolah sahabatku. bapaknya juga kemaki..... adike jenengan komentar begitu, kan dia tahu kualitasnya ketika SMP..

    BalasHapus
  18. Hayo, disebutke wae guru kuwi jenenge sopo, bapake sopo. Ben aku ngerti.

    BalasHapus
  19. Beno ki pingin ngerti wae rahasia diantara kita .. he he.
    Kae mbak yen tega ngandhani ... kandhanana! Tapi lewat "hati ke hati" wae atau paling pol dari "bibir ke bibir", ga enak yen dibuka no kene ndak dadi do ngerti.

    BalasHapus
  20. Bener kowe mas Tahid, yen tak bukak mengko aku dadi provokator. pengin ngerti... ? syarat e sing paling pol wae.... hehehe.....

    BalasHapus
  21. Yo wis, yen kepeksane kudu ''dari bibir ke bibir'' .....
    Mangsude, ngomong langsung berdua, empat mata (ditambah matane syaiton hehehehehehe ...) ben ora dadi isu berkepanjangan ngono.

    BalasHapus
  22. kandhane sing wis pengalaman, luwih penak dari bibir ke kuping ... geli

    BalasHapus