' Kasturi 81 Wadya Bolo Limbah Jambu Mete Sebagai Bahan Bakar Alternatif

Limbah Jambu Mete Sebagai Bahan Bakar Alternatif

Mahasiswa UGM, Eko Suyanto (Biologi angkatan 2005), Sandi Gunawan (Biologi angkatan 2005), Fajar Budi Prasetyo (Teknik Sipil 2006), dan Andrie Javs (Ekonomi 2005) berhasil meraih juara I Lomba Inovasi Teknologi Mahasiswa yang diselenggarakan pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Desember 2008 lalu. Meski hanya dengan waktu singkat sekitar dua bulan, bahkan menurut keterangan dari Sandi Gunawan Produk Briket jadi satu malam sebelum presentasi, produk briket tersebut berhasil menyisihkan 30 proposal penelitian dari berbagai universitas. Ide kreatif penelitian tersebut datang dari kepedulian Eko Suyanto terhadap banyaknya limbah kacang mete didaerahnya di Wonogiri yang hanya dibiarkan begitu saja. Kemudian bersama Sandi Gunawan dan dua rekannya, tercipta sebuah solusi kreatif dan inovatif yang berhasil menyulap limbah Anacardium occidentale L atau lebih kita kenal sebagai jambu mete menjadi biobriket sebagai bahan bakar alternative. Biobriket dari kulit jambu mete ini dinamai Anacardium briket atau disebut juga Anabri.

Proses penelitian Anabri melalui beberapa tahapan. Tahap pendahuluan dengan mencari lem kanji dan serbuk arang kulit jambu mete, lalu dilakukan pengujian sampel. Secara teknis, pembuatan Anabri dilakukan dengan penjemuran limbah kulit jambu mete, dan meletakkannya di atas lempengan logam atau seng. Kemudian, kulit jambu mete dibakar sampai terbentuk arang. Lalu, arang-arang tersebut ditumbuk halus dan disaring. Setelah itu, arang kulit jambu mete direkatkan dengan lem kanji dan dicetak dengan alat pencetak. Terakhir, dikeringkan dengan oven untuk menghilangkan kadar air dalam biobriket hingga mencapai berat konstan. Mengenai uji sampel, dilakukan setelah pencetakan, yang meliputi uji kalor, kadar karbon, kadar air, dan periode nyala.

Dari uji tersebut diketahui bahwa biobriket paling optimal adalah dengan perbandingan lem kanji dan serbuk arang kulit biji jambu mete 1:3 dengan kadar kalor 5.856, 13 kal/gram, kadar karbon 21,45%, periode nyala 77, 14 menit, dan kadar air 6,27%. Dari segi analisis ekonomi, anabri telah memiliki kelayakan usaha, hanya butuh penyempurnaan desain dan warna kemasan.

Anabri diharapkan dapat menjadi sumber energi ramah lingkungan, yang dapat menggali potensi lokal daerah, serta menjadi peluang usaha baru bagi masyarakat petani jambu mete.
---
Sumber: Biologi UGM

9 komentar :

  1. Anak Wonogiri juga kreatif lho ...

    BalasHapus
  2. mudah-mudahan saja para pangreh praja lan saudagar di Nogiri tertarik untuk mendukung kreativitas seperti ini ...

    BalasHapus
  3. Ketoke ijik semaput, utowo mendem jabatan ......... dadi kepekaan rodo kethul !

    BalasHapus
  4. Mangkane dengan ngeblog begini kita memberi sedikit stimulan [rangsangan] agar bergairah gitu ...
    Lha mengko yen wis bergairah, kita bakal ditimbali ...

    BalasHapus
  5. Hooh, aku ki yo nunggu ditimbali, sopo ngerti iso ngompori koyo kono.
    Mas, yen iso aku mbok dikirimi copy laporan penelitian soal briket monyet ehhh jambu monyet kuwi. Matur nuwun.
    O iyo, ayo Facebook-e diaktifno, sopo ngerti tambah akeh konco sing kejaring.

    BalasHapus
  6. pesenmu wis tak forward ke eko suyanto ...

    BalasHapus
  7. Limbah nabati kering (kayu, daun, kulit dll) bisa dipergunakan secara langsung dengan kompor biomass yg didisain khusus untuk itu. Denga menggunakan kompor biomass ini asap yg menjadi ciri pembakaran biomass dapat direduksi sangat banyak (mendekati hilang).

    BalasHapus
  8. aku dewe belajar lebh jauh tentang "pirolisis" = konversi biomassa dengan energi thermal. dg cara ini ranting, dahan, serasah kering kita ubah menjadi gas, asap cair, tir atau arang ... semuanya itu ada gunanya masing-masing. ini diharapkan cara yang lebih cepat dibanding menggunakan mikrobia.

    BalasHapus
  9. Ayo .. ayo .. saka biyen aku percoyo akeh cah Nogiri sing kreatif dan "mletik" .. sayang kalau engga disambut karo sing "duwe kebijaksanaan"

    BalasHapus