' Kasturi 81 Wadya Bolo Pedhotan dan ''Pedhotan''

Pedhotan dan ''Pedhotan''

MEMBACA komentar Mas Siswadi soal ''pedhotan'', saya jadi teringat soal main layang-layang atau biasa disebut layangan begitu saja di masa kecil dan remaja (bukan kirim layang atau surat cinta, yang juga menjadi hobi saya hehehehee .....).
Waktu itu mainnya dibela-belain sampai lupa makan, kulit item terpanggang matahari, dan mata memerah karena menthelengi layang-layang yang diadu atau sangkutan istilahnya. Meski berulang-ulang ditegur dan dimarahi, bahkan layang-layangnya sampai dirobek almarhum Bapak, tetep saja mentheles karena permainan itu rasanya memang amat mengasyikkan.
Terlebih, melihat sangkutan dan berharap memperoleh layangan pedhotan atau yang putus benangnya karena kalah beradu dengan layangan lainnya.
Entah kenapa, layangan pedhotan itu bagi kami ketika itu sangat bernilai. Mungkin, karena ada semacam usaha keras untuk mendapatkan, antara lain dengan cara berebut atau seringkali harus memanjat pohon yang tinggi akibat layangan-nya nyangkut di situ.
Bisa pula layangan pedhotan jadi sangat bernilai karena sudah teruji bisa dimainkan secara baik di angkasa bebas.
Nah, terkait dengan ''pedhotan'' yang disinggung Mas Sis, apakah bisa dianalogikan dengan layangan ? Artinya, ''pedhotan'' itu menjadi (amat) bernilai karena telah teruji (berpengalaman) dan barangkali juga agak susah untuk menggapainya ?
Sumonggo, Mas Sis, kita diskusi soal ''pedhotan''. ''Kenakalan'' panjenengan sangat saya harapken hehehehehehehe ..... Mesthi seru iki !
Pokok temanya adalah kenapa ada yang suka ''pedhotan'', mengapa kesannya menjadi lebih kinclong, mengapa dan mengapa lainnya ...........
Bagi yang lain, bolehlah nimbrung tetapi tidak usah dibuat terlalu serius. Sembilan puluh sembilan persen dibikin jadi guyonan saja. Ketimbang menganggur ......



3 komentar :

  1. hahaha ..... menyinggung yang namanya "PEDHOTAN" istilahe tilas bener bener mengasyikkan, klo kita semua maw jujur pasti ijik deg degan yen ketemu sing jenenge pedhotan maw, terlepas dari layang layangane mas Beno yang sudah teruji bila diadu tadi rasanya PEDHOTAN yang satu ini juga tidak akan lekang dimakan waktu dan usia (malah mungkin iso tambah kinclong meskipun ora kinyis kinyis).
    Klo 30 tahun yang lalu mungkin bolehlah kita duwe prinsip THEKLEK KECEMPLUNG KALEN timbangane golek aluwung balen ...... yen saiki gandheng golek theklek wis angel diganti wae prinsipe ..... TAK ENTENI RODHOMU DIAJENG .......

    BalasHapus
  2. aku malu golej pedhotan oleh apa ora ????

    BalasHapus
  3. mas Kisut orasah melu melu mas Beno karo aku golek Pedhotan barang mending golek pedhet (anak sapi) wae, iso dikembang biakkan juga bisa di sate dan dimakan rame rame bersama KASTURI '81
    hehehehe

    BalasHapus