' Kasturi 81 Wadya Bolo Tuntutlah Ilmu Sampai ke Cina (1) : Mr. Han From Nogiri

Tuntutlah Ilmu Sampai ke Cina (1) : Mr. Han From Nogiri


Peristiwa yang bikin senyum kecut di Cina pertamakali adalah masalah nama. Waktu mengurus paspor dulu, saya sempat ditanya oleh pihak imigrasi, apakah masih mau menggunakan nama saya yang secuil (1 suku kata) itu ataukah mau ditambah menjadi 3 suku kata. Dijelaskan dengan panjang lebar pula oleh ibu imigrasi yang mendadak ramah tersebut (karena saya urus paspor lewat calo, entahlah kalau lewat prosedur biasa) kalau mau umrah nanti saya juga harus pakai paspor dengan nama yang terdiri dari 3 suku kata supaya tidak bermasalah. Digertak begitu saya keder juga, sebagai seorang muslim saya kan juga punya cita2 pingin umrah sesekali.
"Terus bagaimana bu urusannya kalau memang dari sononya nama saya udah begitu ?" tanyaku.
"Gampang, tinggal nambah nama bapakmu saja", jawabnya.
"La kalau nama bapakku juga cuma 1 suku kata?" imbuhku.
"Tambahin lagi nama kakekmu" jawabnya tak mau kalah.
Singkat cerita terbitlah nama baruku yang lumayan keren (tanpa pakai slametan jenang merah) tertera dalam paspor : Mujtahid Zubaidi Hasan. Oke juga nih nama baruku, pikirku.
Sewaktu di Indonesia nama baru tersebut oke-oke saja tidak ada masalah, walaupun kadang-kadang masih kaget juga dipanggil Mr. Hasan (dikira nama marga/keluarga). Kejadian lucu baru terjadi setelah masuk Cina, entah dari mana mulainya, sejak dari imigrasi, di hotel sampai nama yang tetera di tiket namaku berubah menjadi : Mujtahid Zubaidi Han. Rupanya waktu mengetik nama kakekku, baru menulis dua karakter Ha sudah ada pilihan nama keluarga Han yang cukup populer di Cina dan mereka langsung main enter saja. Jadilah aku terkaget-kaget karena disana-sini dipanggil ... Mr. Han ... Mr. Han ... Dan saya bisa membayangkan betapa balik kagetnya mereka melihat Mr. Han yang jlitheng ini : "Ini Mr. Han kecemplung got apa ?". Salahmu dewe cik kalau aku diangkat sedulur sama Han Jian ataupun Han Aiping yang putih mulus itu.
Kejadian lucu juga dialami oleh teman saya, asli Boyolali, yang kebetulan juga punya nama yang terdiri dari 1 suku kata : Sutrisno. Tapi dia berkeras di paspornya tetap memakai nama kebanggaannya itu. Waktu saya ketemu dia dan cerita tentang nama saya yang bikin masalah di Cina, dia hanya ketawa ngakak dan menambahkan cerita yang dialaminya lebih konyol lagi. Nama kebanggaannya itu dipenggal seenaknya jadi : Su Tris No. Dimana-mana dia dipanggil : Mr. Na ... Mr. Na ... Dikira nama keluarga dia adalah Na, bersaudara dengan petenis putri Cina Li Na yang lumayam huayu itu. Tapi karena teman saya ini berkulit putih, si Cina-nya tidak begitu kaget. La kalau saya? Mereka kan terbengong-bengong melihat saudara Han Aiping kesamber langes. Tapi ada juga lo gadis2 Cina yang curi2 pandang padaku ... warna kulitmu eksotis banget to Koh, begitu kira2 pikirnya ... wuahahahaha ...
Kembali ke masalah mengurus paspor, aku kok merasa ini instansi pemerintah yang masih bobrok, saya amati hampir tidak ada orang yang ngurus paspor lewat jalur resmi, rata2 semuanya masih dikuasai calo. Saya jadi kasihan sama mbak2 pahlawan devisa alias TKW yang terjepit itu. La wong aku yang PNS aja kena perangkapnya alias jeruk makan jeruk apalagi mereka ... duh kasihan.

3 komentar :

  1. Ngurus paspor hijau itu gampang kok sekarang. Dan nampakanya bukan lagi menjadi barang mewah nan langka. Isi saja form-form isian yang bisa didapatkan di kantor imigrasi terdekat. Lengkapi sesuai petunjuk dan bayar sesuai tarif yang ditetapkan. Sabar menunggu panggilan dan tanggal untuk mengambil foto. Jepret. Tunggu 4 hari lagi paspor jadi. Kalau paspor biru ya perlu diharu biru dulu dengan berbagai birokrasi yang ada. Kalau paspor item ya jadi diplomat dulu.... hehehe

    BalasHapus
  2. Haiya Mr Han, instansi-instansi bobrok dipiara terus atuh. Kalo nggak gitu, bosnya nggak bakalan kaya ngkali .........

    BalasHapus
  3. Kalau paspor biruku diurus sama kantor jadi tahu beres saja. Nggak tahu kalau yang ngurus harus bersimbah darah dan air mata.
    Justru pengalamanku dulu Nang waktu ngurus paspor hijau yang menahan hati. Dari awal sudah ditanya mau jadi sehari, 2 hari atau seminggu. Wah pokoknya digiring2lah biar nyogok. Dan buktinya yang namanya loket pembagian paspor yang sudah jadi itu kosong melompong, apalagi loket pemasukan berkas. Aku keder juga, sementara jadwal keberangkatan udah didepan mata. Justru paspor hijau itu sekarang barang sehari2 (bukan mewah dan langka), la wong yang ngurus kebanyakan mbak2 calon TKW, tapi tetep aja mereka digiring kayak kambing oleh calo2 itu.
    Moga2 itu kejadian dulu dan hanya dialami oleh Kantor Imigrasi Jakarta. Kalau sekarang dan kantor imigrasi yang lain2 sudah oke ya syukur.

    BalasHapus