Berantem Gara-gara Fes Buk

FB memang fenomenal, bisa mempertemukan sahabat lama yang sudah puluhan tahun dicari. Namun juga bisa menimbulkan gejolak seperti yang saya alami dibawah ini.
Gara-gara FB, 2 sahabat lamaku teman SMA (sahabatnya Nasih juga) bisa berantem di FB sampai keluar umpatan-umpatan khas Solo kelas bawah : ... cangkem-mu ... tai ... dasar wong ndeso omongane yo ndesani ...wis tuwo ra ngejak seneng malah ngejak padu ... dsb dsb. Padahal kalau dipikir2 dua-duanya yo dari ndeso, wong yang satu dari pelosok Boyolali, satunya lagi dari pelosok Karanganyar (koyo Nasih dari pelosok Nogiri he he ... kalau aku yo .. rodo kutha sithik!). Cuma dengan potensi dan kemauan keras yang kita miliki sebagai perantau (supaya tidak mengecewakan orang tua dan desa asal .. he he), yang satu berhasil jadi dokter di Jakarta plus jadi dosen di PTS elit macam Trisakti, yang satunya lagi jadi Manager Pabrik di Jawa Timur.
Dengan berjalannya waktu ternyata guyonan saru atau gojekan kere yang dulu biasa-biasa saja, ternyata bisa menjadi hal yang sensitif di masa kini. La ceritanya si Manager meledek si Dokter yang dianggapnya ledekan biasa seperti yang dulu-dulu biasa kita lakukan, tetapi ternyata dianggap aib di masa kini oleh si Dokter.
Si Dokter muni-muni di HPnya : “Coba Hid, yen nganti pasienku ngerti, mahasiswa-mahasiswiku ngerti ... rak iso hancur aku ... kancamu kae! ... cangkem-e ra ditoto .. dsb.dsb.”.
“Lo ... la rak kancamu ugo ... la wong sing menemukan si Manager di FB yo kowe”, godaku
“Alaaaah ra kakean ngomong”, semprotnya emosi.
La cilakanya mereka berantem via FB didindingku. Jadilah 3 hari terakhir ini aku pontang-panting mendamaikan mereka layaknya capres JK mendamaikan GAM. Gonduknya lagi temanku yang satu itu ... (Nasih he he) ... bukannya meredam suasana malah ketawa-ketiwi sambil nambahi komentar : “Wah ramai … wong ndeso ketemu wong ndeso … padu!
Padahal kalau dipikir2 mereka itu (termasuk saya, Nasih, dll) dulu bagaikan saudara sendiri, kos bareng, ibaratnya makan sepiring berdua tidupun sebantal. Kita yang berasal dari ndeso (Wonogiri, Karanganyar, Boyolali, Ngawi, Purwodadi, dll) merasakan senasib sepenanggungan, berjuang untuk eksis ditengah-tengah teman-teman dari kota Solo yang kempling, otaknya pada moncer dengan fasilitas yang aduhai.
Perang dingin itu masih berlangsung sampai sekarang .. si Manager saya bujuk-bujuk akhirnya sudah minta maaf, tetapi si Dokter belum mau memaafkan … walaah goro-goro FB nambah gawean wae!
Itulah sedikit cerita yang mungkin bisa menjadi renungan dan bahan pelajaran bagi kita kala main-main di FB. Akupun sempat agak terperosok … untung diingatkan Nasih.
FB bukan seperti blog yang komunitasnya terbatas.
Aku dadi ngeri karo FB ….. ngeriiii bo!

Artikel terkait :