' Kasturi 81 Wadya Bolo Camellia I 1979

Camellia I 1979

Lagu Untuk Sebuah Nama
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade. © 1979 Jackson Records.

Mengapa jiwaku mesti bergetar
Sedangkan musik pun manis ku dengar
Mungkin kerna ku lihat lagi
Lentik bulu matamu
Bibirmu dan rambutmu yang kau biarkan
Jatuh berderai di keningmu
Makin mengajakku terpana
Kau goreskan gita cinta
Mengapa aku mesti duduk di sini
Sedang engkau tepat di depanku
Mestinya aku berdiri
Berjalan ke depanmu
Ku sapa dan ku nikmati wajahmu
Atau ku isyaratkan cinta
Tapi semua tak ku lakukan
Kata orang, cinta mesti berkorban

Mengapa dadaku mesti berguncang

Bila ku sebutkan namamu
Sedang kau diciptakan bukanlah untukku
Itu pasti, tapi aku tak mau perduli
Sebab cinta bukan mesti bersatu
Biar ku cumbui bayanganmu
Dan ku sandarkan harapanku.


Camellia I

Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade. © 1979 Jackson Records.

Dia, Camellia
Puisi dan pelitaku
kau sejuk seperti titik embun
Memasah di daun jambu
Di pinggir kali yang bening
Sayap-sayap mu kecil
Lincah berkepak
Seperti burung camar
Terbang mencari tiang sampan
Tempat terpijak kaki dengan pasti
Mengarungi nasibmu
Mengikuti arus air berlari

Dia, Camellia
Engkau kah gadis itu?
Yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi
Di setiap tidurku
Datang untuk hati yang kering dan sepi
Agar bersemi lagi
Bersemi lagi
Kini datang mengisi hidup
Ulurkan mesra tanganmu
Bergetaran rasa jiwaku
Menerima karuniaMu

Camellia, oh Camellia.


Pesta
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade. © 1979 Jackson Records.

Pada sebuah pesta
Aku kehilangan sesuatu
Bukan yang nampak di mata
Tapi yang ada di dalam
Kalian pasti menyangka
Aku jatuh cinta
Bukan itu yang ku maksudkan
Aku kehilangan diriku

Pada sebuah pesta dansa
Aku merasa hilang
Langit-langit seperti berputar
Aku seperti bayi yang serba tak mengerti
Ketika seorang dara memaksaku berdansa
Aku merasa geli sendiri
Sebab, itu tak mungkin
Apalagi cara berdansa
Mana mampu ku lakukan
Sedang menyentuh kulit perempuan
Aku tak berani

Pada sebuah pesta dansa
Aku jadi teringat
Waktu ibuku di kampung
Menumbuk padi
Sebab, musik berdetak seperti
Lesung di talu.


Nasihat Pengemis Untuk Istri Dan Doa Untuk Hari Esok Mereka
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade. © 1979 Jackson Records.

Istriku, Marilah kita tidur
Hari telah larut malam
Lagi sehari kita lewati
Meskipun nasib semakin tak pasti
Lihat, anak kita tertidur menahankan lapar
Erat memeluk bantal dingin
Pinggiran jalan
Wajahnya kurus, pucat
Matanya dalam

Istriku, marilah kita berdoa
Sementara biarkan lapar terlupa
Seperti yang pernah ibu ajarkan
Tuhan bagi siapa saja
Meskipun kita pengemis pinggiran jalan
Doa kita pun pasti dia dengarkan
Bila kita pasrah diri, tawakkal
Esok hari perjalanan kita
Masih sangatlah panjang
Mari tidurlah, lupakan sejenak
Beban derita, lepaskan

La la la la la la la dengarkanlah nyanyi
La la la la la la la dari seberang jalan
La la la la la la la usah kau tangisi
La la la la la la la nasib kita hari ini

Tuhan, selamatkanlah istri dan anakku
Hindarkanlah hati mereka
Dari iri dan dengki
Kepada yang berkuasa dan kenyang
Di tengah kelaparan
Oh! hindarkanlah mereka dari iri dan dengki
Kuatkanlah jiwa mereka
Bimbinglah di jalanMu
Bimbinglah di jalanMu.


Dia Lelaki Ilham Dari Sorga
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade. © 1979 Jackson Records.

Dia yang berjalan melintasi malam
Adalah, dia yang kemarin dan hari ini
Akan selalu menjadi ribuan cerita
Kerana dia telah menempuh semua perjalanan
Dia berjalan dengan kakinya
Dia berjalan dengan tangannya
Dia berjalan dengan kepalanya
Tetapi ternyata,
Dia lebih banyak berjalan dengan fikirannya

Dia jelajahi jagat raya ini
Dengan telanjang kaki
Dan tubuh penuh daki
Meskipun dia lebih lapar dari siapa pun
Meskipun dia lebih sakit dari siapa pun
Dia menempuh lebih jauh dari siapa pun
Meskipun dia lebih miskin dari siapa pun
Meskipun dia lebih nista dari siapa pun
Tetapi ternyata,
Dia lebih tegak perkasa dari siapa pun

Batu-batu seperti menyingkir
Sebelum dia datang
Sebelum dia lewat
Semak-semak seperti menguak
Sebelum dia injak
Sebelum dia menyeberang
Dia berjalan dengan matanya
Dia berjalan dengan perutnya
Dia berjalan dengan punggungnya
Tetapi ternyata,
Dia lebih banyak berjalan dengan fikirannya

Gadis-gadis selalu menyapa
Kerana dia tampan
Meskipun penuh luka
Kata-katanya tak bisa dimengerti
Tetapi selalu saja
Akhirnya terbukti
Dia lelaki gagah perkasa
Dia lelaki ilham dari Sorga
Dia lelaki yang selalu berkata
Bahwa kita
Pasti akan kembali lagi kepadanya.


Jakarta I
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade. © 1979 Jackson Records.

Selamat pagi padamu Jakarta
Di pintumu kau tak sambut tanganku
Hanya suara tawamu ku dengar parau Jakarta
Dan nafasmu, gemuruh gemerlapan
Seperti sengaja kau ciptakan untukku
Sementara, masih tersisa gema doa di mulutku

Inikah Jakarta?

Hanya beginikah sikapmu Jakarta
Atau aku yang salah
Bila ku katakan kau tak ramah
Debu-debu panas di jalanan
Nampak sepi dari cinta dan kasih sayang
Tidak seperti di kampungku yang hijau
Di sini, Takkan ku temui lagi suara seruling
Yang ditiup lelaki kecil sambil berbaring
Di punggung kerbau yang digembalakannya
Atau nyanyian bambu-bambu
Seperti musik simphoni
Mengiringi anak-anak telanjang bermain
Berkejaran di permatang, basah

Selamat malam padamu Jakarta

Di manakah kau sembunyikan kekasihku
Atau mataku yang tak mampu lagi mengenali wajahnya
Sebab, tak ada bau lumpur dan rumput di rambutnya
Seperti ketika dia masih tinggal di kampung
Suka bercanda berdua di bawah malam purnama

Inikah Jakarta?

Hanya beginikah kiranya Jakarta
Kau cambuk punggung siapa saja
Yang kalah atau yang tetap bertahan
Bahkan di sini Matahari seperti
Enggan terbit dari timur lagi

Tidak seperti di kampungku yang damai

Matahari selalu terbit dari sela bukit biru
Dengan warna kuning kemerahan
Di atas hijau dedaunan
Di bawah burung-burung mulai berterbangan
Di sini aku makin rindu kampungku
Di sini aku makin cinta kampungku
Bersabarlah akan ku tundukkan Jakarta untukmu.


Hidup I (Pernah Ku Coba Untuk Melupakan Kamu)
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade. © 1979 Jackson Records.

Pernah ku coba untuk melupakan Kamu
Dalam setiap renunganku
Melupakan semua yang Kau goreskan
Pada telapak tanganku
Dan juga ku coba untuk meyakinkan fikiranku
Bahwa sebenarnya Engkau tak pernah ada
Bahwa bumi dan isinya ini tercipta kerna
Memang harus tercipta
Bahwa Adam dan Hawa
Tiba-tiba saja turun
Tanpa kerna makan buah kuldi dahulu
Dan aku lahir juga bukan kerna campur tanganMu
Hanya kerna ibu memang seharusnya melahirkanku

Tetapi, yang ku rasakan kemudian

Hidup seperti tak berarti lagi
Dan ternyata bahwa hanya kasih sayangMu
Yang mampu membimbing tanganku
Tuhan, maafkanlah atas kelancanganku
Mencoba meninggalkanMu
Sekarang, datanglah Engkau bersama angin
Agar setiap waktu
Aku bisa menikmati kasihMu.


Hidup II (Obsessi Kp. I/203)
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade. © 1979 Jackson Records.

Malam ini aku mesti pulang
Untuk segera tidur di kamarku yang gelap
Meskipun sebenarnya aku ingin tetap tinggal
Untuk menikmati bintang
Untuk menikmati bulan
Sebentar lagi, Kasih
Beri aku waktu
Untuk sekadar mengucapkan selamat malam

Meskipun aku tak dapat melihat wajahMu

Tapi hembusan angin
Cukup mengatakan kehadiranMu untukku
Dan sekarang aku telah tidur sendiri di kamarku
Yang gelap dan dingin
Penuh angan-angan

Dan sekarang aku telah pulang kembali ke rumah

Yang kotor dan kecil
Penuh cita-cita
Di sinilah, di kamarku yang gelap ini
Aku ingin menumpahkan kerinduanku
Di sinilah, di kamarku yang dingin ini
Aku ingin menangis di pangkuanMu

Hari ini aku pergi sembahyang

Untuk mendekatkan diri kepadaMu
Semoga kau tahu apa yang ku maksudkan
Semoga kau lebur dosa dan kekhilafanku.


Berjalan Di Hutan Cemara
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade. © 1979 Jackson Records.

Berjalan di hutan cemara
Langkahku terasa kecil dan lelah
Makin dalam lagi
Ku ditelan fatamorgana
Tebing tanah basah
Di pinggir jalan setapak

Seperti garis wajahmu teduh dan kasih
Makin dalam lagi
Ku dicekam kerinduan
Kabut putih melintas di jalanku
Jarak pandangku
Dua langkah ke depan
Ada seberkas cahaya
Menembus rimbun dedaunan
Sanggupkah menerangi jalanku
Dan aku berharap kapankah kiranya
Sampai di puncak sana

Aku kan bertanya, siapa diriku?

Aku kan bertanya, siapakah kamu?
Aku kan bertanya, siapa mereka?
Aku kan bertanya, siapakah kita?


Episode Cinta Yang Hilang
Lagu dan Lirik oleh Ebiet G. Ade. © 1979 Jackson Records.

Ke manakah akan ku cari lagi
Butir-butir cintaku yang lama ku buang
Apakah pada gelombang lautan
Atau hiruk pikuk jalanan
Semua sungai ingin ku susuri
Semua bukit akan ku daki
Semua padang belantara
Akan ku tembus

Harusku temukan lagi

Sebutir cintaku yang hilang
Ditelan dusta, kemarau panjang
Kapankah akan ku dengar lagi
Nyanyian angin dan denting gitarmu
Apakah pada pancaran rembulan
Atau tubuh-tubuh panas jalanan

Semua bumi ingin ku jejaki

Semua langit akan ku daki
Semua bintang-bintang akan ku tembus
Harusku temukan lagi
Sebutir cintaku yang hilang
Ditelan dusta, kemarau panjang.

3 komentar :

  1. Asem tenan, ternyata Nasih hobi dan malah mengoleksi album Ebiet G Ade secara lengkap.
    Dulu, saya kan juga getol sama penyanyi itu meski diam-diam.
    Nggak tahunya, sobat kita yang satu itu selera musiknya lumayan juga.
    Salah sendiri, bakat-bakat terpendamnya dulu disimpan rapat-rapat sehingga nggak banyak yang tahu.
    Jangan-jangan ia juga punya ratusan karya berupa puisi dan cerpen ?
    Kalau iya, wajib ditagih nih.

    BalasHapus
  2. Tetapi kalau bakat "menyenangi seseorang" harus disimpan rapat-rapat bukan.
    Atau ditransformasikan ke dalam puisi saja ya ...

    BalasHapus