Setelah Waduk Gajahmungkur diresmikan di pengujung 1980-an, perlahan-lahan sebutan Kota Gaplek atau Kota Tiwul bagi Wonogiri memudar. Pengairan untuk padi tidak lagi sulit. Juga ada gelombang perantauan dari kawasan-kawasan yang gersang untuk memperbaiki taraf hidup. Maka sejak 1990-an tiwul atau nasi dari tepung gaplek menjadi ''makanan mewah'' karena makin jarang dijumpai dalam menu sehari-hari warga Wonogiri. Singkong tetap ditanam tetapi bukan untuk bahan pangan, melainkan dijadikan tepung tapioka untuk bahan baku berbagai produk lain. Sebagian kecil diekspor dalam bentuk chip atau gaplek kering.
---
SM. 11 April 2007
Saya tidak malu jadi ''anak singkong'': siang, malam, pagi makan singkong.
BalasHapusSaya bangga pada tiwul: sekarang susah cari tiwul, apalagi dicampur nasi putih plus sambel dan sayur lodeh .... mak nyuss pokoknya.
Sayang, upaya kreatif membuat tepung tiwul sebagai alternatif terigu gagal.
Eh ngomong2 aku pernah dengar kalau mi geyol itu juga dibuat dari singkong ya? Bener ataupun salah itu adalah makanan yang tak boleh kulewatkan kalau mampir ke Wonogiri. Apalagi kalau pas ngajak anakku main ke bendungan, di area mainan anak2 bertebaran penjual mi geyol plus pecel ndeso yang terdiri dari mbayung, cikru dan koro ... wah bener2 mak cleguk.
BalasHapusDi kota2 lain yang dulu juga identik dengan singkong seperti Wonosari, Blitar, Trenggalek dll udah pada dijual tiwul instan lo, kapan Nogiri nyusul? Bener2 gampang bikinnya, praktis tinggal menikmati